TELOLET

 
Om Telolet om" sepertinya menjadi topik perbicangan di Indonesia paling fenomenal pada akhir tahun tahun ini.

Mungkin awalnya tak ada yang bakal menyangka jika topik ini mendadak mendunia.

Namun, setelah dicuitkan oleh sejumlah DJ kondang, menyusul selebritis media sosial, "om telolet om" pun menjadi trending topic nomor satu pada Twitter Indonesia dan dunia.

Di Indonesia, fenomena "om telolet om"  sudah mewabah sejak beberapa bulan lalu.

Namun, gara-gara masuk ranah global, netizen pada Twitter jadi lebih agresif membahasnya di dunia maya.

Mulanya, video"om telolet om" viral pada Facebook dan Twitter.

Video itu direkam oleh seseorang yang melihat kegirangan anak-anak di pinggir jalan menanti datangnya bus antar-kota, terutama di Yogyakarta.

Bunyi yang seakan menyebut kata "telolet" tak lain adalah bunyi klakson bus antar-kota.

Anak-anak meminta si om sopir bus mengeluarkan bunyi "telolet" ketika melintas.

Maka dari itu, ujung-ujungnya fenomena ini disebut "om telolet om", mencontohkan permintaan anak-anak ke om sopir.



Pengunggah video "om telolet om" hendak menyampaikan bahwa kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal sederhana.

Lama-kelamaan, banyak versi video "om telolet om" yang muncul dan jadi guyonan.

Saat "om telolet om" jadi fenomenal, kini muncul masalah di kalangan sopir bus dan pemiliknya.

Klakson "telolet" ternyata kini dilarang Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Kota Makassar.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar, Mario Said mengatakan, klakson "telolet" dilarang lantaran dinilai melanggar peraturan lalu lintas sebab bunyi klakson dihasilkan terlalu besar.

Pengendara di depan kendaraan berklakson "telolet" pun bisa kaget saat klakson dibunyikan sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Selain itu, perangkat klakson tidak sesuai Standar Nasional Indonesia.

Perangkat klakson "telolet" sebenarnya merupakan hasil modifikasi perusahaan pembuat aksesoris kendaraan bermotor.

"Intinya telolet dilarang di Makassar," katanya, Kamis (22/12/2016).

Sejarah Telolet

Tapi bagaimana telolet ini bermula?



Siapa yang bertanggung jawab atas kegaduhan ini?

Dikutip dari BBC Indonesia, Zaenal Arifin dari Bismania Community mengatakan bahwa bunyi klakson telolet sudah mulai terdengar satu dekade lalu.

Klakson itu tidak spesifik dimiliki oleh jenis bus tertentu, melainkan hasil modifikasi yang dilakukan perusahan otobus (PO).

"Awalnya tiga corong, kemudian ada yang empat corong (lubang suara angin), bahkan ada yang enam lubang yang kemudian bunyinya dimodifikasi sesuai kreativitas," katanya.

"Konsepnya seperti nada dering monophonic ponsel, lagu-lagunya ondel-ondel, lagunya 'Jablay' Titi Kamal."

Dia mengklaim bahwa kebiasaan meminta klakson itu dimulai dari kebiasaan para penggemar bus yang sering memotret bus.

"Sebagai balasan, supir bis biasanya kasih dim atau kasih klakson."

Adalah perusahaan otobus Efisiensi yang pertama mempopulerkan klakson telolet tersebut, kata Zaenal.

Manajer Komersil PO Efisiensi Syukron Wahyudi menceritakan bahwa sekitar 10 tahun lalu pemiliknya, Teuku Eri Rubiansah, pergi ke Arab Saudi dan mendengar bunyi klakson yang unik.

"Mendengar suara klakson di sana berbeda, dia memutuskan membeli untuk bisnya. Khususnya di bus reguler dari Cilacap Jogja, Purwokerto - Jogja, dan Purbalingga - Jogja."



Tapi awalnya klakson ini ternyata malah direspons negatif karena suaranya yang dinilai terlalu keras.

Sampai-sampai, pihak PO meminta sopir-sopir mereka tidak membunyikan klakson itu di tempat-tempat tertentu karena masyarakat tidak terima dengan bunyi itu, cerita Syukron.

"Mulai disukai tiga empat tahun terakhir karena mulai banyak PO-PO yang juga menggunakan. Di beberapa daerah tertentu malah orang-orang minta klaksonnya dibunyikan. Kita merasa bangga juga, karena bisa dibilang kita yang pertama yang pakai klakson tiga corong."

Related Posts:

0 Response to "TELOLET"

Post a Comment